Mengatasi FOMO, YOLO, dan FOPO untuk Hidup yang Lebih Bahagia

    Mengatasi FOMO, YOLO, dan FOPO untuk Hidup yang Lebih Bahagia

    Pendidikan-Kemajuan teknologi dan kemudahan akses atas informasi banyak membawa dampak positif pada kehidupan manusia. Selain dapak positif juga bisa merubah perilaku dan psikologi manusia itu sendiri dalam menjalani hidup, ada beberapa kondisi yang sering di hadapi.

    1. FOMO (Fear of Missing Out) yang artinya takut ketinggalan.  Ini perasaan cemas atau khawatir kalau kita melewatkan pengalaman menyenangkan, acara seru, atau informasi penting yang lagi tren. FOMO biasanya muncul karena pengaruh media sosial.  Kita lihat teman-teman posting foto lagi liburan di tempat asyik, lalu kita jadi kepikiran, "Wah, kayaknya seru tuh.  Jangan-jangan aku ketinggalan nih."

    FOMO bisa berdampak negatif kalau kita sampai:
    - Rela mengeluarkan uang berlebihan demi gaya hidup yang belum tentu kita butuhkan.
    - Merasa kehidupan orang lain lebih bahagia dibanding kehidupan kita sendiri.
    - Selalu cemas dan tidak bisa menikmati momen yang sedang kita jalani.

    Kalau kamu merasa FOMO,  ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan:
    - Kurangi kebiasaan scroll media sosial.
    - Fokus sama kehidupan nyata dan nikmati waktu bersama orang-orang terdekat.
    - Pilah-pilih informasi yang kamu lihat di media sosial. Jangan mudah terpengaruh pencitraan orang lain.
    - Fokus pada tujuan dan pencapaian diri sendiri.

    2. YOLO (You Only Live Once) biasanya merujuk pada gaya hidup yang fokus pada kesenangan saat ini tanpa terlalu memikirkan konsekuensi di masa depan.

    Dalam konteks penyakit sosial, perilaku yang didasari YOLO ini mungkin bisa mengarah pada hal-hal yang merugikan, misalnya:
    - Remaja yang mabuk-mabukan dengan alasan "YOLO, masa muda harus dinikmati".
    - Seks bebas tanpa pengaman karena "YOLO, kan cuma hidup sekali".

    Beberapa faktor lain yang lebih berperan dalam munculnya penyakit sosial seperti:
    - Kurangnya pendidikan dan pengetahuan.
    - Lingkungan pergaulan yang negatif.
    - Masalah keluarga.

    Jadi, meskipun YOLO bisa menjadi faktor pendukung,  perlu dilihat akar permasalahannya agar bisa menanggulangi penyakit sosial secara efektif.

    3. FOPO (Fear of Other People's Opinions) yang berarti takut terhadap pendapat orang lain.  Ini adalah perasaan cemas atau khawatir berlebihan tentang apa yang orang lain pikirkan mengenai diri kita, keputusan kita, atau tindakan kita.

    FOPO bisa dialami oleh siapa saja dan dalam berbagai situasi.  Misalnya, kamu mungkin merasa FOPO ketika:
    - Akan memposting sesuatu di media sosial dan cemas dengan komentar negatif yang mungkin diterima.
    - Ingin mencoba gaya berpakaian baru tapi takut dibilang aneh oleh orang lain.
    - Mau mengambil keputusan penting namun ragu-ragu karena takut tidak disetujui.

    FOPO yang berlebihan bisa berdampak negatif pada kehidupan kamu, seperti:
    - Membuat kamu ragu-ragu untuk mengekspresikan diri sendiri.
    - Mencegah kamu untuk mencoba hal-hal baru.
    - Menimbulkan perasaan cemas dan stres yang berkepanjangan.
    - Membuat kamu sulit untuk mengambil keputusan sendiri.

    hidayatullah fomo yolo fopo
    Dr. Hidayatullah

    Dr. Hidayatullah

    Artikel Sebelumnya

    Kerangka Kerja Pencapaian Tujuan: Langkah-langkah...

    Artikel Berikutnya

    Perbandingan Mendeley dengan Zotero, Perangkat...

    Komentar

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Menanggapi Kesenjangan Keterampilan: Kolaborasi Perguruan Tinggi dan Industri dalam Persiapan Karier Masa Depan
    Transformasi Penilaian Skripsi di Perguruan Tinggi: Menuju Publikasi Ilmiah sebagai Standar Kelulusan
    Pendidikan Merupakan Hak Segenap Warga Negara Indonesia
    Kontroversi Jurnal Berbayar di Scopus: Antara Komersial dan Predatory
    Menyelaraskan Kurikulum Akuntansi dengan Kebutuhan Industri: Respons Efektif Terhadap Kesenjangan Kompetensi Lulusan

    Tags