Analisis Hemat Biaya: Keuntungan Naik Go Car Dibandingkan Mengemudi Sendiri di Jakarta

    Analisis Hemat Biaya: Keuntungan Naik Go Car Dibandingkan Mengemudi Sendiri di Jakarta

    Ekonomi-Saat berangkat ke kantor, saya selalu naik Go Car di Jakarta. Sopirnya sering bertanya, "Pak, selalu naik Go Car ke kantor, ya?" Saya menjawab, "Iya, Pak. Karena membawa mobil sendiri sama saja biayanya, malah membuat stres karena macet." Akhirnya, pembicaraan itu berkembang hingga kita mulai menghitung mengapa lebih hemat naik Go Car dengan jarak tempat tinggal saya ke kantor (ini asumsi di posisi saya ya), karena beda jarak, beda analisa.

    Setiap hari, perjalanan pulang-pergi antara tempat tinggal dan kantor saya menghabiskan Rp100.000 untuk Go Car. Saat dalam perjalanan, saya bisa duduk atau bahkan tidur selama 50 menit. Di dalam mobil, banyak hal yang bisa saya lakukan, terutama berkoordinasi dengan tim mengenai pekerjaan hari itu dan membaca berita, hal yang tidak bisa saya lakukan jika saya mengendarai sendiri.

    Mari kita hitung dengan asumsi kondisi saya, di mana rute tanpa tol dan jumlah hari kerja saya adalah 20 hari saja dalam sebulan. Misalkan harga mobil Rp350.000.000 dengan masa pakai 10 tahun, pajak mobil per tahun Rp2.500.000, biaya bahan bakar pulang-pergi kantor-rumah Rp80.000, biaya servis per tahun Rp3.000.000. Dari semua komponen tersebut kalau kita turunkan ke per hari dan di total maka biaya per hari sebesar Rp250.000 (dibulatkan) dengan pola menghitung cost economy.

    Dari perhitungan ini dengan naik Go car butuh biaya Rp 100.000 dan bawa mobil sendiri dengan biaya Rp 250.000 terdapat selisih sebesar Rp150.000 per hari. Selisih ini, jika disimpan selama 20 hari, bernilai Rp3.000.000. Dalam sebulan, jika saya membutuhkan mobil untuk jalan-jalan seharian dengan menyewa mobil selama satu hari penuh area dalam kota biaya Rp750.000 (info sewa dari Driver Go Car sudah termasuk sopir), masih lebih hemat.

    Sekali lagi ini asumsi yang saya pakai setelah 2 tahun bekerja Jakarta bolak balik di kantor rumah dengan bawa mobil sendiri versus naik go car, asumsi ini bisa saja tidak cocok dengan kondisi orang lain, tapi paling tidak pola formulanya bisa dipakai sebagai dasar menghitung, kapan kita harus memiliki mobil untuk aktivitas kita di Jakarta.



    hidayatullah ekonomi transportasi
    Dr. Hidayatullah

    Dr. Hidayatullah

    Artikel Sebelumnya

    Peran Perguruan Tinggi dalam Mengatasi Tingginya...

    Artikel Berikutnya

    Menuju Dunia Hijau: Konsep dan Langkah-langkah...

    Komentar

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Tidak Kompak : Kerugian Politik Warga Pessel Pasca Pemilu 2024
    Taubat Ekologis: Upaya Bersama Menyelamatkan Hutan dan Mencegah Bencana di Sumatera Barat
    Produktivitas Pemuda Indonesia: Tantangan NEET dan Daya Saing Gen Z
    Meningkatnya Biaya Pendidikan Formal: Memanfaatkan Pendidikan Informal Sebagai Solusi Alternatif
    Tinjauan Aturan Pajak Barang dan Jasa Tertentu di Kabupaten Pesisir Selatan

    Tags