Dampak kenaikan tarif Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11% menjadi 12% pada rantai produksi empat tingkat. Simulasi ini menunjukkan bagaimana kenaikan tarif pajak memberikan pengaruh pada harga di setiap tahap proses produksi, mulai dari produsen benang hingga ke tangan konsumen akhir. Dengan data tersebut, kita dapat memahami bahwa kenaikan tarif yang tampaknya kecil dapat menghasilkan dampak kumulatif yang signifikan pada biaya yang ditanggung konsumen.
Baca juga:
10 tantangan bisnis di masa depan
|
Pada skenario pertama dengan tarif PPN 11%, produsen benang menjual produknya dengan harga jual sebesar Rp115.000, yang sudah termasuk PPN sebesar Rp12.650. Harga ini kemudian diteruskan ke produsen kain, yang membeli benang tersebut dan menjual kain dengan harga Rp132.250, menghasilkan PPN sebesar Rp14.548. Selanjutnya, produsen baju membeli kain tersebut dan memprosesnya menjadi baju, yang kemudian dijual dengan harga Rp152.088, mencakup PPN sebesar Rp16.730. Pada tahap akhir, retailer membeli baju tersebut dan menjualnya kepada konsumen dengan harga akhir sebesar Rp174.901, termasuk PPN sebesar Rp19.239. Dengan demikian, total harga yang dibayarkan konsumen akhir, termasuk akumulasi PPN dari seluruh rantai pasok, adalah Rp194.140.
Pada skenario kedua dengan tarif PPN 12%, meskipun proses distribusinya serupa, tarif PPN yang lebih tinggi memberikan dampak langsung pada harga di setiap tingkat. Produsen benang tetap menjual produknya dengan harga Rp115.000, tetapi PPN yang dikenakan naik menjadi Rp13.800. Produsen kain kemudian menjual produknya dengan harga Rp132.250, menghasilkan PPN sebesar Rp15.870. Produsen baju selanjutnya menjual produk akhirnya dengan harga Rp152.088, dengan PPN sebesar Rp18.251. Akhirnya, retailer menjual barang tersebut kepada konsumen dengan harga Rp174.901, tetapi PPN yang dikenakan meningkat menjadi Rp20.988. Akibatnya, konsumen akhir membayar harga total sebesar Rp195.889, yang berarti ada kenaikan sebesar Rp1.749 dibandingkan skenario tarif PPN sebelumnya.
Dari simulasi ini, terlihat jelas bahwa kenaikan tarif PPN sebesar 1% memberikan dampak kumulatif yang cukup signifikan pada harga akhir yang harus dibayar oleh konsumen. Nominal PPN yang ditanggung konsumen akhir meningkat dari Rp19.239 menjadi Rp20.988, atau naik sekitar 9%. Meskipun harga barang di setiap tahap tampaknya hanya mengalami perubahan kecil, akumulasi kenaikan PPN di sepanjang rantai produksi membuat harga akhir yang dibayar konsumen turut meningkat. Dalam hal ini, harga total yang dibayarkan konsumen naik dari Rp194.140 menjadi Rp195.889, atau sekitar 0, 9%.
Simulasi ini menyoroti bahwa meskipun kenaikan tarif PPN hanya sebesar 1%, dampaknya terhadap biaya yang ditanggung konsumen jauh lebih besar dari yang terlihat sekilas. Peningkatan kecil pada tarif PPN dapat memberikan efek domino di sepanjang rantai produksi, menyebabkan kenaikan harga yang dirasakan lebih besar di tingkat konsumen. Hal ini menjadi pengingat bahwa perubahan kecil dalam kebijakan pajak dapat memberikan konsekuensi ekonomi yang signifikan, khususnya bagi daya beli masyarakat. Dengan demikian, konsumen perlu memahami bagaimana kebijakan perpajakan memengaruhi harga akhir barang dan jasa yang mereka konsumsi.