Hidayat Kampai: Ketika Si Kecil Membuat Geger, Kisah PPN yang Naiknya Tak Sesederhana Angkanya

    Hidayat Kampai: Ketika Si Kecil Membuat Geger, Kisah PPN yang Naiknya Tak Sesederhana Angkanya

    PAJAK-Cerita ini berawal dari kehidupan damai yang sudah berjalan seperti biasa. PPN—alias Pajak Pertambahan Nilai—sudah mantap di angka 11%. Semua orang sudah pasrah, bahkan mungkin lupa dia ada, karena ya sudahlah, hidup terus berjalan. Namun, ketenangan itu terusik oleh kabar baru yang datang tanpa permisi, PPN akan naik menjadi 12%!

    Reaksi pertama? “Ah, cuma naik 1%, kecil itu.” Tapi tunggu dulu, benarkah cuma 1%? 

    Bayangkan Anda sedang duduk santai sambil menyeruput kopi pagi. Lalu, datang seorang teman dengan senyuman lebar dan berkata, “Eh, tahu nggak, PPN naik lho, 1% doang!” Anda mungkin mengangkat bahu dan menjawab, “Okelah, bukan masalah besar.” Tapi si teman, yang hobi berhitung, langsung membalas, “Eits, jangan salah. Itu sebenarnya naik 9% dari tarif sebelumnya!” 

    Anda tercengang. Apa maksudnya?

    Mari kita bahas perlahan. Sebelumnya, tarif PPN adalah 11%. Dengan tarif baru 12%, kenaikannya memang hanya selisih 1 poin persentase. Tapi jika dibandingkan dengan tarif lama, kenaikannya sebenarnya hampir 9, 1%. Artinya, jika PPN itu sebuah barang, harga barang itu naik 9% lebih! Masih mau bilang “cuma” 1%?

    Sekarang, mari turun ke dunia nyata. Bayangkan Anda berada di supermarket, menatap sekotak susu favorit Anda. Sebelum kenaikan, harganya Rp111.000 (sudah termasuk PPN 11%). Namun, dengan tarif baru 12%, harga susu melonjak jadi Rp112.000. Ah, cuma naik seribu, ” pikir Anda, sambil tetap memasukkan susu ke keranjang belanja. Tapi tunggu—ini baru satu barang! Coba bayangkan saat semua kebutuhan Anda—beras, minyak, sabun, hingga listrik—mengalami kenaikan serupa. Dari “seribu-seribu” itu, tagihan belanja bulanan Anda membengkak.Efek riaknya mulai terasa.

    Kenaikan kecil seperti ini, jika diterapkan secara luas, berpotensi menambah "bumbu" dalam inflasi. Harga barang naik, daya beli masyarakat menurun, dan lama-kelamaan ekonomi seperti menari di atas gelombang. “Tapi kan cuma 1%, ” Anda mungkin masih berkeras. Ya, benar, hanya 1%, tapi dampaknya seperti dorongan kecil pada domino pertama—ujung-ujungnya semua ikut tumbang.

    Seandainya PPN bisa berbicara, mungkin dia akan berkata, “Aku ini kecil, tapi aku punya dampak besar.” Dan benar saja, kenaikan 1% ini bukan sekadar angka; ia adalah simbol dari bagaimana ekonomi bekerja—kecil di atas kertas, tapi terasa besar di kantong. 

    Jadi, lain kali Anda mendengar kenaikan tarif seperti ini, jangan hanya fokus pada angkanya. Pahami dampaknya. Kadang, yang kecil bisa menciptakan gemuruh besar, seperti PPN 12% yang sukses mengubah belanja sehari-hari menjadi cerita panjang.“Cuma 1%” ternyata tak sesederhana itu, bukan?


    Jakarta, 30 Desember 2024
    Hidayat Kampai
    Ketua YPAI

    hidayat kampai ppn
    Dr. Hidayatullah

    Dr. Hidayatullah

    Artikel Sebelumnya

    Hidayat Kampai: Enam Setengah Tahun untuk...

    Artikel Berikutnya

    Hidayat Kampai: Efek Domino Kenaikan PPN...

    Komentar

    Berita terkait

    Rekomendasi

    Hidayat Kampai: Pajak Kendaraan, Saatnya Berpikir Besar untuk Kota yang Lebih Baik
    Hidayat Kampai: Petualangan Ilmiah dengan Sahabat Digital, Dari Ide Hingga Publikasi
    Hidayat kampai: Mengatur Arah, Menuju 2025 Lebih baik
    Hidayat Kampai: Efek Domino Kenaikan PPN 12% Menjadi Beban Konsumen yang Signifikan
    Hidayat Kampai: Ketika Si Kecil Membuat Geger, Kisah PPN yang Naiknya Tak Sesederhana Angkanya

    Tags